Secara medis, Roy sudah dianggap meninggal.
* * *
Roy (17 tahun) seorang anak yatim yang telah merelakan masa depannya menjadi sarjana demi menghidupi keluarga, kini nyawanya berada di ujung tanduk.
“Andai dia gak ke minimarket, andai saya aja yang ke minimarket, Roy gak akan seperti ini”, ucap ibunda sembari menangis.
Pada malam itu sepulang Roy bekerja di bengkel, ia hendak pergi ke minimarket. Ketika hendak menyebrang, tiba-tiba dari arah samping mobil pick up melaju dengan kecepatan tinggi menabrak tubuh Roy.
Roy terpental jauh sampai pingsan karena kepalanya terbentur keras. Pelaku langsung menyerahkan diri ke kantor polisi karena tidak sanggup membiayai pengobatan Roy.
“Royy…roy..anakku! Dok, gimana kondisinya?! Saya dapat telepon kalau dia ditabrak.”
“Bu, mohon sabar. Tadi sudah kami lakukan pemeriksaan dan hasilnya batang otaknya mati.”
Dengan kata lain, Roy kecil memiliki kesempatan untuk pulih. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami kematian batang otak sering disebut sebagai kondisi mati otak (brain death) secara keseluruhan, dan sudah dianggap meninggal secara medis. Dan keluarga Roy tetap berikhtiar mengharapkan mukjizat dari Allah untuk kesembuhan Roy dengan melakukan fisioterapi melatih kemampuan gerak dan kemampuan lain yang mungkin bermasalah, seperti menelan, berbicara, dan bangun dari tempat tidur.
Tubuh ibunda Roy bagai tersambar petir mendengar vonis dokter. Apalagi mati batang otak permanen, artinya Roy tidak punya kesempatan untuk pulih. Secara medis sudah dianggap meninggal.
Dampak dari kecelakaan nahas tersebut membuat Roy setiap hari tidak bisa lepas dari ventilator agar jantungnya tetap bisa berdetak dan oksigen beredar melalui aliran darah.
Sungguh malang nasib Roy. Ia sudah ditinggal sang papa selamanya sejak kelas 3 SD. Setelah lulus SD, dia tidak melanjutkan sekolah demi menghidupi mama dan adik-adiknya. Sedangkan kini mama Roy tinggal di rumah keluarga barunya. Terkadang dalam 1 bulan sang mama pulang ke kampung menemui Roy, adiknya, dan nenek Roy.
Di sana, mama Roy bekerja serabutan dari rumah ke rumah. Dan 3 bulan sebelum Roy kecelakaan, ibunda diterima bekerja di salah satu PT Kantor Perikanan sebagai Office Girl.
“Baru 3 bulan saya kerja di sana,tiba-tiba dapet kabar kalau Roy kecelakaan. Nggak mikir panjang, saya langsung mengundurkan diri dari pekerjaan baru, balik ke kampung buat ngerawat dia sampai sembuh.”
“Walaupun dokter udah bilang nggak ada kesempatan untuk pulih, kami tetap berikhtiar dan berusaha demi kesembuhan Roy”, ungkap mama Roy.
Sedangkan nenek Roy punya usaha warung kecil-kecilan di depan rumah dan juga punya rumah kontrakan di samping rumah. Semenjak Roy sakit pemasukan biaya kebutuhan sehari-hari hanya ditanggung oleh nenek Roy dan semua biaya pengobatan dari tabungan dari mama dan nenek Roy.
#orangbaik, setiap hari kesedihan menyelimuti keluarga Roy, berikan semangat dan doa untuk kelanjutan terapi Roy dengan cara :
1. Klik tombol “Donasi”.
2. Masukkan nominal Infak Dunsanak.
3. Masukkan data yang diperlukan.
4. Transfer ke rekening Bank yang Dunsanak pilih.
Ajak keluarga dan kerabat lainnya untuk share link ini via WhatsApp dan Facebook.
Sedikit dari kita bukan hanya bisa meringankan beban keluarga, tapi juga bisa mengukir senyum indah bangi mereka !
InsyaAllah setiap kebaikan dari ajakan ini akan berbuah pahala bagi Sahabat sekalian.
Belum ada Fundraiser